Biasanya itu sekitar pukul setengah 5 sampai setengah 7 petang. Pada bulan-bulan yang basah di musim penghujan antara Oktober - Maret, khususnya ketika siangnya hujan cukup lebat, sehingga sore harinya tersisa udara segar dan sejuk yang layak hirup. Kalau beruntung, pada sore-sore usai hujan semacam ini saya bisa menemukan pemandangan langit luar biasa. Seperti busur pelangi besar dan awan nimbus keemasan di ufuk barat yang saya lihat kemarin. Untuk pemandangan langit terbaik, biasanya saya mencari tempat-tempat tinggi atau jalanan menurun yang memungkinkan mata memandang sejauh cakrawala.
Alasan lain yang membuat waktu ini menjadi istimewa adalah karena lampu-lampu yang mulai menyala. Sekitar pukul setengah 6 sore, seisi kota seakan berganti wajah saat toko-toko, gedung-gedung, rumah-rumah, serta kendaraan mulai menyalakan lampunya. Tapi langit masih cukup terang dengan warna entah lembayung, ungu, biru, atau kelabu yang bercampur menjadi satu dengan lampu-lampu di bawahnya. Ditambah wangi mie ayam, martabak, fried chicken, sate, cakwe, dan jajanan khas petang hari lainnya. Juga wajah-wajah manusia jam pulang kerja yang memenuhi lalu lintas. Yang lelah, yang ingin cepat-cepat sampai di rumah. Yang mungkin tersenyum-senyum sendiri membaca pesan di ponsel dari keluarganya yang sudah menunggu.
Buat saya ini pemandangan yang manis sekali. Tak masalah jika gerimis masih menggantung. Berjalan di bawah payung bahkan bisa terasa lebih magis lagi. Waktu yang begitu romantis, layak untuk dihambur-hamburkan dengan berjalan tak tentu, baik sendiri atau pun bersama kekasih tercinta (seandainya saya punya).
No comments:
Post a Comment