Lokasi: Galeri Nasional, Jakarta
Monday, April 27, 2015
Wednesday, April 22, 2015
Europa Universalis III - Majapahit (Abad 16)
Abad 15 dapat dilihat di sini.
Desember 1510. Brunei bertindak lancang dengan melarang para saudagar Majapahit berdagang di Malaka. Maka untuk pertama kalinya selama lebih dari 100 tahun, Majapahit menyatakan perang untuk memberi Brunei pelajaran mengenai tata krama antar bangsa. Seluruh angkatan darat dan laut disiagakan dalam perang pertama ini. 5.000 tentara bergerak menyerang Lampung. Sementara gelombang pemukim dari Surabaya berdatangan menuju Kepulauan Andaman di utara Aceh.
September 1516. Setelah sejumlah pertempuran sengit yang mahal dan memakan banyak korban, Majapahit dan Brunei akhirnya sepakat untuk duduk di meja perundingan. Brunei bersedia menerima kekalahan dan melepas dua provinsinya, Siak dan Palembang, untuk Majapahit. Namun tugas militer belum selesai, karena kini kedua provinsi di Tanah Sumatera itu dibayangi kemungkinan pemberontakan kelompok-kelompok patriot Melayu dan Islam. Sejumlah besar tentara harus dikirim untuk mengamankan keadaan.
September 1582. Taiwan resmi menjadi provinsi terbaru Majapahit. Tahun-tahun sesudah perang dengan Brunei lebih banyak diisi dengan kolonisasi yang gencar, di mana para pemberani menjadi pelopor pembuka tanah-tanah baru di empat penjuru. Untuk meredam ketegangan antara penganut Hindu dan Islam, pemerintah memperkenalkan 'Din-i Ilahi', sebuah ajaran sinkretis yang menyatukan filosofi kedua agama. Pendapatan negara terus melonjak, namun inflasi kini telah menembus angka 50%, sebuah rekor yang cukup mengkhawatirkan.
September 1587. Untuk pertama kalinya, para penjelajah Majapahit berhasil memetakan garis pantai daratan raksasa di selatan Timor. Pemerintah pusat meluncurkan kebijakan Pencarian Dunia Baru untuk lebih mendorong aktivitas penjelajahan daerah-daerah yang belum dikenal. Pasar-pasar dan kuil-kuil terus dibangun di banyak provinsi. Sementara para pedagang Majapahit semakin agresif melebarkan sayapnya di manca negara, mencapai pusat-pusat perdagangan yang sangat jauh seperti Hormuz di Persia.
Januari 1600. Majapahit kini telah menjadi sebuah imperium bercorak maritim. Wilayahnya menyebar di sepanjang garis pantai mulai dari Hokkaido di utara Jepang hingga pantai timur Australia dan kepulauan terpencil di Samudera Hindia dengan total 25 provinsi. Tahun-tahun ke depan, Majapahit harus membangun kekuatan militer yang lebih mapan lagi untuk bersiap menghadapi kemungkinan konfrontasi. Kerajaan-kerajaan besar dari India dan Cina daratan mulai menjejakkan kakinya di beberapa bagian Nusantara.
Bersambung...
Desember 1510. Brunei bertindak lancang dengan melarang para saudagar Majapahit berdagang di Malaka. Maka untuk pertama kalinya selama lebih dari 100 tahun, Majapahit menyatakan perang untuk memberi Brunei pelajaran mengenai tata krama antar bangsa. Seluruh angkatan darat dan laut disiagakan dalam perang pertama ini. 5.000 tentara bergerak menyerang Lampung. Sementara gelombang pemukim dari Surabaya berdatangan menuju Kepulauan Andaman di utara Aceh.
September 1516. Setelah sejumlah pertempuran sengit yang mahal dan memakan banyak korban, Majapahit dan Brunei akhirnya sepakat untuk duduk di meja perundingan. Brunei bersedia menerima kekalahan dan melepas dua provinsinya, Siak dan Palembang, untuk Majapahit. Namun tugas militer belum selesai, karena kini kedua provinsi di Tanah Sumatera itu dibayangi kemungkinan pemberontakan kelompok-kelompok patriot Melayu dan Islam. Sejumlah besar tentara harus dikirim untuk mengamankan keadaan.
September 1582. Taiwan resmi menjadi provinsi terbaru Majapahit. Tahun-tahun sesudah perang dengan Brunei lebih banyak diisi dengan kolonisasi yang gencar, di mana para pemberani menjadi pelopor pembuka tanah-tanah baru di empat penjuru. Untuk meredam ketegangan antara penganut Hindu dan Islam, pemerintah memperkenalkan 'Din-i Ilahi', sebuah ajaran sinkretis yang menyatukan filosofi kedua agama. Pendapatan negara terus melonjak, namun inflasi kini telah menembus angka 50%, sebuah rekor yang cukup mengkhawatirkan.
September 1587. Untuk pertama kalinya, para penjelajah Majapahit berhasil memetakan garis pantai daratan raksasa di selatan Timor. Pemerintah pusat meluncurkan kebijakan Pencarian Dunia Baru untuk lebih mendorong aktivitas penjelajahan daerah-daerah yang belum dikenal. Pasar-pasar dan kuil-kuil terus dibangun di banyak provinsi. Sementara para pedagang Majapahit semakin agresif melebarkan sayapnya di manca negara, mencapai pusat-pusat perdagangan yang sangat jauh seperti Hormuz di Persia.
Januari 1600. Majapahit kini telah menjadi sebuah imperium bercorak maritim. Wilayahnya menyebar di sepanjang garis pantai mulai dari Hokkaido di utara Jepang hingga pantai timur Australia dan kepulauan terpencil di Samudera Hindia dengan total 25 provinsi. Tahun-tahun ke depan, Majapahit harus membangun kekuatan militer yang lebih mapan lagi untuk bersiap menghadapi kemungkinan konfrontasi. Kerajaan-kerajaan besar dari India dan Cina daratan mulai menjejakkan kakinya di beberapa bagian Nusantara.
Bersambung...
Friday, April 17, 2015
Monday, April 13, 2015
After A While...
Aduh, saya habis mencabuli anak orang lagi. Dia manis sekali sih ^^
Friday, April 10, 2015
Saturday, April 4, 2015
Suma Oriental, Tentang Kerajaan Çumda (Sunda)
"Kerajaan Çumda (Sunda) sangat kaya. Negeri Çumda memiliki sebanyak empat ribu kuda yang didatangkan dari Priaman (Pariaman, Sumatera) serta pulau-pulau lain untuk dijual. Negeri ini punya empat puluh gajah, yang diperuntukkan bagi pasukan raja. Emas kualitas rendah, enam karat, juga ditemukan di sini. Asam sangat melimpah, digunakan oleh penduduk setempat untuk cuka.
Kota di mana raja menghabiskan sebagian besar waktunya sepanjang tahun ialah Ibukota Dayo (Dayeuh Pakuan, sekarang Bogor). Kota ini memiliki rumah-rumah kokoh yang terbuat dari kayu dan daun palem. Mereka mengatakan bahwa rumah raja memiliki tiga ratus tiga puluh tiang kayu setebal tong anggur, setinggi lima depa (8 meter), dengan ukiran kayu indah di puncak tiangnya, serta sebuah rumah yang sangat kokoh. Kota ini terletak sejauh dua hari perjalanan dari pelabuhan utamanya, yang disebut Calapa (Sunda Kelapa, sekarang Jakarta Utara).
Penduduk Çumda disebut-sebut sebagai orang-orang yang jujur. Mereka, dengan Ibukota Dayo, kota-kota kecil serta negeri-negeri dan Pelabuhan Bantam (Banten), Pelabuhan Pomdam (Pontang), Pelabuhan Cheguide (Cigede), Pelabuhan Tamgaram (Tangerang), Pelabuhan Calapa, dan Pelabuhan Chemano (Cimanuk), diperintah dengan adil. Rajanya adalah seorang atlit dan pemburu yang handal. Tampuk kerajaan diturunkan dari ayah kepada putranya. Para perempuannya cantik, dan perempuan dari kalangan bangsawannya tidak menikah, hal yang tidak terjadi pada perempuan dari kalangan rakyat jelatanya. Terdapat biara untuk perempuan, di mana para bangsawan menaruh putri-putri mereka, apabila mereka tidak bisa menjodohkan putri-putri mereka sesuai keinginan. Perempuan yang sudah menikah, bila suaminya mati, harus ikut mati bersamanya sebagai bentuk penghormatan, dan bila mereka takut mati, maka mereka akan masuk ke biara. Penduduknya tidak terlalu suka berperang, terlalu senang dengan penyembahan berhala. Mereka menyukai ragam perhiasan tangan, dengan ukiran bertatahkan emas. Keris mereka disepuh, begitu juga ujung tombaknya.
Penduduk di pesisir bergaul baik dengan para pedagang di pedalaman. Mereka sudah terbiasa dengan kegiatan jual beli. orang-orang Çumda ini sering berkunjung ke Malaka untuk berdagang. Mereka membawa kapal-kapal lanchara dengan muatan seratus lima puluh ton. Çumda memiliki enam kapal jung dan banyak kapal lanchara khas Çumda, dengan tiang-tiang kapal seperti derek, dan jalur di antara tiang-tiang itu agar mereka mudah memantau arah."
Suma Oriental que trata do Mar Roxo até aos Chins (Ikhtisar Wilayah Timur, dari Laut Merah hingga Negeri Cina) - ditulis oleh Tomé Pires, penjelajah Portugis, berisi catatan perjalanannya ke Asia pada 1512 - 1515
Kota di mana raja menghabiskan sebagian besar waktunya sepanjang tahun ialah Ibukota Dayo (Dayeuh Pakuan, sekarang Bogor). Kota ini memiliki rumah-rumah kokoh yang terbuat dari kayu dan daun palem. Mereka mengatakan bahwa rumah raja memiliki tiga ratus tiga puluh tiang kayu setebal tong anggur, setinggi lima depa (8 meter), dengan ukiran kayu indah di puncak tiangnya, serta sebuah rumah yang sangat kokoh. Kota ini terletak sejauh dua hari perjalanan dari pelabuhan utamanya, yang disebut Calapa (Sunda Kelapa, sekarang Jakarta Utara).
Penduduk Çumda disebut-sebut sebagai orang-orang yang jujur. Mereka, dengan Ibukota Dayo, kota-kota kecil serta negeri-negeri dan Pelabuhan Bantam (Banten), Pelabuhan Pomdam (Pontang), Pelabuhan Cheguide (Cigede), Pelabuhan Tamgaram (Tangerang), Pelabuhan Calapa, dan Pelabuhan Chemano (Cimanuk), diperintah dengan adil. Rajanya adalah seorang atlit dan pemburu yang handal. Tampuk kerajaan diturunkan dari ayah kepada putranya. Para perempuannya cantik, dan perempuan dari kalangan bangsawannya tidak menikah, hal yang tidak terjadi pada perempuan dari kalangan rakyat jelatanya. Terdapat biara untuk perempuan, di mana para bangsawan menaruh putri-putri mereka, apabila mereka tidak bisa menjodohkan putri-putri mereka sesuai keinginan. Perempuan yang sudah menikah, bila suaminya mati, harus ikut mati bersamanya sebagai bentuk penghormatan, dan bila mereka takut mati, maka mereka akan masuk ke biara. Penduduknya tidak terlalu suka berperang, terlalu senang dengan penyembahan berhala. Mereka menyukai ragam perhiasan tangan, dengan ukiran bertatahkan emas. Keris mereka disepuh, begitu juga ujung tombaknya.
Penduduk di pesisir bergaul baik dengan para pedagang di pedalaman. Mereka sudah terbiasa dengan kegiatan jual beli. orang-orang Çumda ini sering berkunjung ke Malaka untuk berdagang. Mereka membawa kapal-kapal lanchara dengan muatan seratus lima puluh ton. Çumda memiliki enam kapal jung dan banyak kapal lanchara khas Çumda, dengan tiang-tiang kapal seperti derek, dan jalur di antara tiang-tiang itu agar mereka mudah memantau arah."
Suma Oriental que trata do Mar Roxo até aos Chins (Ikhtisar Wilayah Timur, dari Laut Merah hingga Negeri Cina) - ditulis oleh Tomé Pires, penjelajah Portugis, berisi catatan perjalanannya ke Asia pada 1512 - 1515
True That
"Man is least himself when he talks in his own person. Give him a mask, and he will tell you the truth." - Oscar Wilde
Subscribe to:
Posts (Atom)