Saturday, April 4, 2015

Suma Oriental, Tentang Kerajaan Çumda (Sunda)

"Kerajaan Çumda (Sunda) sangat kaya. Negeri Çumda memiliki sebanyak empat ribu kuda yang didatangkan dari Priaman (Pariaman, Sumatera) serta pulau-pulau lain untuk dijual. Negeri ini punya empat puluh gajah, yang diperuntukkan bagi pasukan raja. Emas kualitas rendah, enam karat, juga ditemukan di sini. Asam sangat melimpah, digunakan oleh penduduk setempat untuk cuka.

Kota di mana raja menghabiskan sebagian besar waktunya sepanjang tahun ialah Ibukota Dayo (Dayeuh Pakuan, sekarang Bogor). Kota ini memiliki rumah-rumah kokoh yang terbuat dari kayu dan daun palem. Mereka mengatakan bahwa rumah raja memiliki tiga ratus tiga puluh tiang kayu setebal tong anggur, setinggi lima depa (8 meter), dengan ukiran kayu indah di puncak tiangnya, serta sebuah rumah yang sangat kokoh. Kota ini terletak sejauh dua hari perjalanan dari pelabuhan utamanya, yang disebut Calapa (Sunda Kelapa, sekarang Jakarta Utara).

Penduduk Çumda disebut-sebut sebagai orang-orang yang jujur. Mereka, dengan Ibukota Dayo, kota-kota kecil serta negeri-negeri dan Pelabuhan Bantam (Banten), Pelabuhan Pomdam (Pontang), Pelabuhan Cheguide (Cigede), Pelabuhan Tamgaram (Tangerang), Pelabuhan Calapa, dan Pelabuhan Chemano (Cimanuk), diperintah dengan adil. Rajanya adalah seorang atlit dan pemburu yang handal. Tampuk kerajaan diturunkan dari ayah kepada putranya. Para perempuannya cantik, dan perempuan dari kalangan bangsawannya tidak menikah, hal yang tidak terjadi pada perempuan dari kalangan rakyat jelatanya. Terdapat biara untuk perempuan, di mana para bangsawan menaruh putri-putri mereka, apabila mereka tidak bisa menjodohkan putri-putri mereka sesuai keinginan. Perempuan yang sudah menikah, bila suaminya mati, harus ikut mati bersamanya sebagai bentuk penghormatan, dan bila mereka takut mati, maka mereka akan masuk ke biara. Penduduknya tidak terlalu suka berperang, terlalu senang dengan penyembahan berhala. Mereka menyukai ragam perhiasan tangan, dengan ukiran bertatahkan emas. Keris mereka disepuh, begitu juga ujung tombaknya.

Penduduk di pesisir bergaul baik dengan para pedagang di pedalaman. Mereka sudah terbiasa dengan kegiatan jual beli. orang-orang Çumda ini sering berkunjung ke Malaka untuk berdagang. Mereka membawa kapal-kapal lanchara dengan muatan seratus lima puluh ton. Çumda memiliki enam kapal jung dan banyak kapal lanchara khas Çumda, dengan tiang-tiang kapal seperti derek, dan jalur di antara tiang-tiang itu agar mereka mudah memantau arah."

Suma Oriental que trata do Mar Roxo até aos Chins (Ikhtisar Wilayah Timur, dari Laut Merah hingga Negeri Cina) - ditulis oleh Tomé Pires, penjelajah Portugis, berisi catatan perjalanannya ke Asia pada 1512 - 1515

No comments:

Post a Comment